Berita Pak Ahok - Situasi duka menyelimuti satu tempat tinggal di Sumber Jetis, RT 3 RW 7, Kelurahan Sumber, Banjarsari, Solo.
Yang memiliki tempat tinggal ini yaitu Misdi (51), sopir bus patas PO Eka jurusan Surabaya-Magelang. Bapak tiga anak itu wafat pada hari Kamis. Dia diduga kehabisan darah setelah terluka terkena lemparan batu dibagian kaki waktu mengemudi.
Satu per satu tetangga di tempat tinggalnya berdatangan sesudah shalat Isya, mereka ikuti tahlilan dirumah yang sederhana itu.
Nanik, istri Misdi, sesekali menyeka air mata saat menyongsong uluran tangan peserta tahlil yang mengajaknya bersalaman.
Air matanya berlinang waktu beberapa tamu itu mulai mengaji, mendoakan Misdi. Kadang-kadang dia lirih melafalkan ayat-ayat suci.
Sesudah tahlilan usai serta tetangga pamitan pulang, Nanik mulai bercerita tentang peristiwa yang menerpa suaminya. Musibah ini berlangsung waktu Misdi mengemudikan bus dari Surabaya ke Magelang lewat Yogyakarta.
"Awalannya saya menelepon suami hari Kamis, jam 01.30 pagi. Beliau masih ada di Mantingan, Ngawi, saat itu, Saya tidak miliki firasat apapun. Cuma saja saya tidak dapat tidur," ungkap Nanik.
Sekitaran jam 03.00, lanjut dia, Misdi balik meneleponnya.
"Saat itu beliau 1/2 berteriak di hape, 'Aku disawat (saya dilempar batu). Peristiwanya di Masaran, Sragen,' " tutur Nanik menirukan omongan Misdi.
Terasa cemas, Nanik segera ajukan pertanyaan pada suaminya tentang ukuran batu itu.
"Besar, terkena kaki saya," tuturnya mengulangi nada Misdi di telepon.
Tetapi, sang suami menyebutkan baik-baik saja hingga tidak ada yang butuh dikuatirkan. Walau terasa gundah, Nanik berupaya tenang mendengar pengucapan itu.
"Dia katakan masih bisa nyopir," terang Nanik seraya menyeka air mata memakai tisu.
Dalam kondisi terluka, Misdi masih tetap bisa membawa bus itu ke Terminal Tirtonadi, Solo. Tanpa menyembuhkan luka, dia lalu mengambil keputusan pulang ke tempat tinggal.
"Sesudah semuanya penumpang dioper ke bus yang lain, suami saya membawa bus hingga ke depan gang menuju tempat tinggal. Hingga gang itu kurang lebih 1/2 4 pagi," lanjutnya.
Nanik yang waktu itu coba terbangun kaget mendengar teriakan beberapa tetangga menyebut namanya. Mereka kebetulan tengah tidur sampai larut malam. Tidak memedulikan apapun, Nanik segera lari ke bus itu.
"Hingga didalam bus, saya saksikan suami telah bertumpu di setir bus," katanya.
Walau sudah dibawa ke Rumah Sakit Panti Waluyo Solo, nyawa Misdi tidak dapat diselamatkan. Almarhum lalu dikubur di Taman Pemakaman Umum Boto, Jetis, Kamis jam 13.00.
"Suami saya kehilangan banyak darah sepanjang di perjalanan dari Sragen hingga ke gang depan tempat tinggal," tutur Nanik.
Dia menerangkan, sepanjang hidup Misdi tidak pernah memiliki musuh. Demikian halnya sepanjang jadi sopir bus mulai sejak 1989 atau 28 tahun lalu.
"Beliau sangat baik orangnya. Saya tidak percaya jika ada musuh. Pelemparan batu itu telah di kehendak oleh Yang Maha Kuasa," papar Nanik terisak.
Nanik mengakui tidak punya niat memberikan laporan peristiwa ini ke polisi.
"Saya tidak punya niat melapor karna beberapa puluh tahun jadi sopir bus, pelemparan itu beberapa kali sudah berlangsung. Itu telah kehendak Allah, saya ikhlas," katanya.
Rekan-rekan kerja Masdi telah datang melayat pada Kamis sore. Nanik mengatakan manajemen PO Eka nampaknya akan tiba pada Jumat besok.
Insiden pelemparan batu ini jadi viral sesudah diupload dalam status yang memiliki akun Abu Shoffiyah Nurdin di Facebook.
Yang memiliki akun ini mengunggah keadaan bus Eka berpelat nomor S7331US yang dikemudikan Misdi sesudah terserang lemparan batu. Kaca depan persis dimuka kursi pengemudi bolong besar.
0 Response to "Menyedihkan, Seorang Supir Bus Meninggal Di Depan Stir Setelah Kehabisan Darah"
Post a Comment