F-16 Block 52ID TNI AU dan F-16 Block 52 RSAF |
Momen perayaan persahabatan diplomatik Singapura dan Indonesia atau RISING 50 diwarnai dengan flypas 20 F-16 dari TNI AU dan RSAF (Republic of Singapore Air Force). Masing-masing formasi dipimpin langsung oleh Kepala Staf Angkatan Udara kedua negara, dalam hal ini TNI AU oleh Marsekal Hadi Tjahjanto dan RSAF oleh Mayor Jenderal Mervyn Tan Ming.
Kedua KSAU terbang sebgai flight leader, Marsekal Hadi Tjahjanto duduk di backseat F-16D Block 52ID, sementara Mayjend Mervyn Tan Ming duduk di kursi WSO (Weapon Systems Officer) F-16D Block 52. Kedua angkatan udara sama-sama mengaku F-16 dari generasi Block 52.
Tetapi begitu mendarat dan kedua pesawat tempur disandingkan, langsung nampak perbedaannya. F-16 Block 52 milik RSAF nampak lebih berotot dan dipenuhi tonjolan aerial alias antena yang tidak dimiliki oleh F-16 Block 52ID. Kenapa bisa berbeda sedemikian jauhnya?
Penulis hendak menggarisbawahi perbedaan fisik yang nampak di antara kedua F-16 yang sama-sama diakui sebagai Block 52 ini. Perbedaan tersebut semata hanya dibahas dari aspek teknis semata, tanpa memasuki perbedaan dalam hal kemampuan pilot kedua angkatan udara yang tentu saja sulit diukur secara kuantitatif.
F-16D Block 52 RSAF hadir sejak Singapura mengadakan program pembelian Peace Carvin II pada 1993, sebanyak 10 unit dan 8 unit lainnya varian F-16C. Program ini dilanjutkan lagi dengan Peace Carvin III dengan 2 versi D dan 10 versi C, lalu Peace Carvin IV pada tahun 2000 dengan 20 unit versi D. Jadi, secara tahun pembelian semua F-16 Block 52 RSAF lebih tua umurnya dibanding F-16 Block 52ID TNI AU yang dipesan tahun 2011.
Begitupun, F-16D Block 52 RSAF tampil lebih jaguh berkat keberadaan punuk alias dorsal fairing, perhatikan kotak hijau, yang berisi peralatan elektronik untuk memampukan F-16D Block 52 beroperasi di wilayah dengan tingkat ancaman tinggi. Sistem electronic warfare yang tersimpan di dalamnya mampu menekan cakupan radar musuh untuk mengunci F-16.
Keberadaan perangkat sistem Electronic Warfare ini memungkinkan F-16D Block 52 RSAF untuk menjalankan misi SEAD (Supression of Enemy Air Defence) dan menghancurkan situs radar musuh dengan rudal AGM-88 HARM untuk membuka jalan bagi pesawat kawan.
Perbedaan kedua, lihat pada kotak kuning. F-16D Block 52 RSAF dilengkapi dengan antena IFF (Identification Friend or Foe) tipe Teledyne/E Systems Mk.XII APX-109 Advanced IFF, atau yang dikenal juga dengan antena bird slicer karena tampak seperti bilah pisau. Antena IFF ini awalnya hanya dibuat untuk F-16 tipe ADF yang digunakan oleh Air National Guard dan dilarang untuk diekspor.
Keunggulan APX-109 adalah kemampuannya untuk menginterogasi transponder pesawat lain secara independen, tidak sekedar menerima secara pasif, dan jarak jangkaunya juga lebih dari 100 kilometer. AIFF sangat membantu dalam skenario pertempuran BVR (Beyond Visual Range) dimana F-16 pembawanya tidak memerlukan konfirmasi dari radar lainnya seperti ATC di darat atau pesawat AWACS.
Dengan kemampuan interogasi aktif ini, F-16 bisa menghindari kejadian menembak kawan sendiri (blue on blue) secara lebih baik karena pesawat tempur penggunanya bisa saling bertukar pesan berkode khusus secara aktif. Di Asia Tenggara, hanya F-16 RSAF dan RTAF (Royal Thailand Air Force) yang dipasangi APX-109.
F-16D Block 52 RSAF juga dibekali dengan integrasi HMS (Helmet Mounted Sight) DASH-3 buatan perusahaan Elbit Israel. Yang di kotak biru adalah sensor untuk helm pintar ini. DASH-3 memungkinkan penguncian rudal pencari panas seperti AIM-9X Sidewinder dan Python-4 secara off boresight.
Jadi, pilot F-16 Block 52 RSAF tidak usah sulit memasukkan pesawat tempur lawan ke dalam HUD (Head Up Display) seperti yang jamak dilakukan pilot pesawat tempur. Ia tinggal menengokkan pesawat lawan ke dalam pandangan HMS, dan rudal pun tinggal diluncurkan, selama masih masuk dalam cakupan sudut peluncuran.
Terakhir, pada kotak ungu F-16 Block 52 RSAF dilengkapi dengan mesin Pratt& Whitney F-100-PW-229 yang lebih ringan namun mampu menyemburkan daya 25% lebih tinggi dibandingkan dengan F-100-PW-220E yang terpasang di F-16 Block 52ID TNI AU. Mesin baru ini untuk mengimbangi bobot F-16 Block 52 yang bertambah, dibandingkan dengan F-16 Block 52ID yang sejatinya adalah F-16 Block 25 eks- AU AS yang diregenerasi dan ditambahi sebagian avionik untuk paket F-16 Block 52. Di sini, F-16 Block 52ID memiliki rasio daya dorong terhadap bobot yang lebih baik dari F-16 Block 52 milik RSAF. (Aryo Nugroho)
0 Response to "Perbedaan F-16 Block 52ID TNI AU dan F-16 Block 52 RSAF"
Post a Comment