ASEAN |
Direktur Center for Strategic and International Studies, Philips Vermonte, mengkritik Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN, yang tak berkutik menghadapi konflik antara militer dan etnis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar. Dia menilai ASEAN terlalu kaku dengan konsep kedaulatan, sehingga tak bisa turut membantu dalam persoalan internal sebuah negara.
"Ini ujian besar untuk ASEAN. Sepanjang 50 tahun ini, ASEAN ini tidak punya mekanisme solid untuk menyelesaikan masalah internal dalam batas wilayah negara. Misal tahun 1999 di Timor Timur, ASEAN juga tidak berdaya," kata Philips dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu 3 September 2017.
Menurutnya, persoalan etnis Rohingya ini harus menjadi titik balik bagi ASEAN untuk lebih terbuka dalam persoalan internal negara yang menyangkut Hak Asasi Manusia (HAM). Dia menilai Indonesia bisa menjadi pelopor hal tersebut.
Sebab, kata Philips, Indonesia menjadi negara satu-satunya yang dipercaya pemerintah Myanmar dalam menerima masukan terkait konflik di negara itu.
"Indonesia punya peluang karena kepercayaan pemerintah Myanmar terhadap Indonesia tinggi. Banyak negara yang tidak dipercaya oleh pemerintah Myanmar, terhadap Indonesia mereka sangat percaya. Indonesia bisa jadi negara penghubung bagi negara-negara lain," ujarnya.
Seperti diketahui, terjadi konflik antara aparat Myanmar dengan etnis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar. Konflik itu merenggut banyak korban jiwa. Bahkan banyak warga etnis Rohingya terusir lagi dari tempat bermukim mereka di Rakhine. (ren-rm)
Sumber : http://www.viva.co.id
"Ini ujian besar untuk ASEAN. Sepanjang 50 tahun ini, ASEAN ini tidak punya mekanisme solid untuk menyelesaikan masalah internal dalam batas wilayah negara. Misal tahun 1999 di Timor Timur, ASEAN juga tidak berdaya," kata Philips dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu 3 September 2017.
Menurutnya, persoalan etnis Rohingya ini harus menjadi titik balik bagi ASEAN untuk lebih terbuka dalam persoalan internal negara yang menyangkut Hak Asasi Manusia (HAM). Dia menilai Indonesia bisa menjadi pelopor hal tersebut.
Sebab, kata Philips, Indonesia menjadi negara satu-satunya yang dipercaya pemerintah Myanmar dalam menerima masukan terkait konflik di negara itu.
"Indonesia punya peluang karena kepercayaan pemerintah Myanmar terhadap Indonesia tinggi. Banyak negara yang tidak dipercaya oleh pemerintah Myanmar, terhadap Indonesia mereka sangat percaya. Indonesia bisa jadi negara penghubung bagi negara-negara lain," ujarnya.
Seperti diketahui, terjadi konflik antara aparat Myanmar dengan etnis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar. Konflik itu merenggut banyak korban jiwa. Bahkan banyak warga etnis Rohingya terusir lagi dari tempat bermukim mereka di Rakhine. (ren-rm)
Sumber : http://www.viva.co.id
0 Response to "ASEAN Dikritik Tak Berdaya Hadapi Konflik Rohingya"
Post a Comment